Membentuk manusia menjadi manusia sempurna (insan kamil) hanya dapat
dilakukan dengan ibadah kepada Allah Ta’ala. Karena peribadatan
merupakan tujuan kesempurnaan seorang manusia. Dengannya manusia dapat
mewujudkan tujuan penciptaannya, berarti sempurnakan sifat
kemanusiaannya. Jika telah sempurna sifat manusianya maka berarti telah
menjadi insan kamil.
Oleh karena itulah Nabi kita Muhammad dikatakan manusia sempurna dan
mendapat kedudukan tertinggi diantara makhluk Allah Ta’ala. Beliau
peroleh kedudukan ini dengan kesempurnaan peribadatan beliau kepada
Allah Ta’ala, sehingga memperoleh pujian dan keridhoan ilahi Robb.
Semakin sempurna perwujudan ibadah seorang akan membuatnya lebih
sempurna dan tinggi dihadapan Allah Ta’ala. Oleh karena itu Allah
Ta’ala berfirman:
يَآأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وأُنثَى
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللهِ
أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal (Surat Al Hujrat 49:13)
Imam Ibnu Abil Izziy Al Hanafiy menjelaskan:
Ketahuilah kesempurnaan makhluk berada pada perwujudannya terhadap
peribadatan kepada Allah. Semakin bertambah peribadatannya maka semakin
sempurna dan tinggi kedudukannya (derajatnya). Siapa yang berprasangka
bahwa makhluk boleh keluar dari peribadatan dari satu aspek saja dan
meyakini bahwa keluar darinya lebih baik, maka ia seorang yang paling
bodoh dan sesat. Allah berfirman:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُّكْرَمُونَ
Dan mereka berkata:"Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai)
anak",Maha Suci Allah. Sebenarnya(malaikat-malaikat itu) adalah
hamba-hamba yang dimulyakan, (Surat Al Anbiya’ 21:26) dan yang lainnya dari ayat Al Qur’an.
Allah juga menyebut NabiNya dengan nama Abdu (hamba) di tempat yang paling terhormat. Allah berfirman menceritakan kisah Isra’:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya.( Surat Al Isra’ 17:1) dan firmanNya:
وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوهُ
Dan bahwasannya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadat). (Surat Jin 72:19) serta firmanNya:
فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَآأَوْحَى
Lalu dia menyampaikan kepada hambanya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. (Surat An najm 53:10).
Demikian juga firmanNya:
وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad). (Surat Al Baqorah 2:23).
Dengan demikian beliau berhak menjadi orang terbaik didunia dan akherat. Oleh karena itu nabi Isa Al Masih ‘Alaihi salaam pada hari kiamat ketika manusia memintanya untuk memberi syafa’at setelah para Nabi berkata:
اِذْهَبُوْا إِلَى مُحَمَّدٍ عَبْدٌ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ
Pergilah kepada Muhammad, seorang hamba yang telah Allah Ampuni dosanya yang terdahulu dan yang akan datang.[1]
Sehingga beliau Sallallahu ‘Alaihi Was Sallam mendapatkan martabat yang mulia ini dengan kesempurnaan peribadatannya kepada Allah.[2]
Marilah kita bentuk jiwa kita semua menjadi insan kamil, agar mendapatkan keridhoan dan kecintaan dari Allah Ta’ala.
Allah yang maha bijaksanan tentulah tidak menciptakan sesuatu kecuali
dengan hikmah yang agung. Demikian juga dalam penciptaan manusia dengan
bentuk yang sempurna, indah dan beraneka ragam bentuk dan warna kulit
mereka. Tentunya dalam hal ini Allah Ta’ala mencitakan kita semua tidak
semena-mena dan tidak membiarkan begitu saja, sehingga Dia berfirman:
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ
إِلَيْنَا لاَتُرْجَعُونَ فَتَعَالَى اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لآإِلَهَ
إِلاَّهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu
secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
Kami.Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya;tidak ada ilah (yang
berhak disembah) selain Dia, Rabb (Yang mempunyai) 'Arsy yang mulia.
(Surat Al Mu’minun 23:115-116) dan dalam firmanNya:
أَيَحْسَبُ اْلإِنسَانُ أَن يُتْرَكَ سُدًى أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً
مِّن مَّنِىٍّ يُمْنَى ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى فَجَعَلَ
مِنْهُ الزَّوْجِيْنِ الذَّكَرَ وَاْلأُنثَى أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ
عَلَى أَن يُحْيِىَ الْمَوْتَى
Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggung jawaban) Bukankah dia dahulu dari setetes mani yang
ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah,
lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan
daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang
berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati? (Surat Al
Qiyamah 75:36-40)
Juga keberadaan manusia untuk hidup dan menikmati kehidupannya
sebagaimana binatang ternak menikmati dunia ini, lalu mati tanpa
dibangkitkan dihari kiamat nanti. Sungguh kalau demikian kehidupan
manusia ini tidak ada guna dan manfaatnya. Ini semua tentunya
menyelisihi kemaha bijakan Allah Ta’ala. Apalagi Allah Ta’ala mengutus
para RasulNya kepermukaan bumi ini untuk mengajak manusia menjadi
hamba-hamba Allah Ta’ala dengan membawa kitab suci dan ajaran ilahi.
Sungguh ini semua menunjukkan adanya tujuan agung dalam penciptaan
manusia dan diciptakannya bumi dan seisinya ini untuk mereka. Jika
demikian kita perlu melihat kembali tujuan Allah Ta’ala menciptakan kita
semua dengan merujuk kepada berita wahyu yang diturunkan kepada
utusanNya. Ternyata Allah berfirman:
وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُونِ
مَآأُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَآأُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ إِنَّ اللهَ
هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku
tidak menghendaki supaya memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah
Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (Surat Adz
Dzariyat 51:56-58)
Satu pertanyaan yang terlontar, apakah ibadah tersebut untuk
kepentingan dan kebahagian manusia ataukah untuk menyusahkan dan
membebani mereka?
Semua manusia bahkan semua makhluk mesti butuh mencari semua kemafaatan
dan dijauhi dari segala kemudhoratan. Kemanfaatan berupa kenikmatan dan
kelezatan dan kemudhoratan berupa rasa sakit dan siksaan. Sehingga
manusia membutuhkan empat perkara yaitu:
- sesuatu yang ia cintai dan cari, yaitu kebahagiaan.
- sesuatu yang ia benci dan jauhi, yaitu kemudhoratan
- cara atau wasilah mencapai kebahagian
- cara atau wasilah menjauhi kemudhoratan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar